Rabu, 03 November 2010

 baterai kalor

Selama ini baterai dikenal sebagai penyimpan energi listrik. Namun baterai sebagai penyimpan kalor (energi panas) masih belum pernah digunakan. Pada tahun 1996 lalu ditemukan senyawa baru yang disebut fulvalene diruthenium yang memiliki peluang menjadi material yang dapat digunakan sebagai baterai kalor. Material baru ini dapat menyerap energi surya dan menyimpannya untuk kemudian pada saat dibutuhkan dapat melepaskan kembali menjadi energi panas. Setelah kandungan energi panas yang tersimpan dalam energi kimia "habis" dilepaskan, material ini dapat di-charge kembali seperti baterai rechargeable.

Bagaimana prospek baterai kalor ini di masa depan?

Dalam waktu dekat mungkin masih sulit untuk memproduksi masal baterai kalor karena masih terkendala oleh kelangkaan material yang menyebabkan harga produksinya menjadi mahal. Alasan lain adalah mekanisme penyimpanan energi surya yang menghasilakan keadaan stabil ini masih belum dipahami secara komprehensif. Apabila mekanisme penyimpanan energi yang dapat dilepaskan sebagai energi kalor ini sudah dapat dipahami maka akan terbuka jalan untuk menirunya pada sistem senyawa yang lain yang ketersediaannya cukup berlimpah.

Namun demikian, meskipun mungkin perlu waktu yang agak panjang untuk sampai pada produk ekonomis, temuan baru ini membukan cakrawala baru bagi bahan bakar alternatif yang bersih dan bersifat rechargeable.

0 komentar:

Posting Komentar

Disertai nama dan kota asal